Makalah
Keperawatan Gerontik
Rentang
gerak Pada Lansia
Pengarang :: Mohamad khoirul
BAB I PENDAHULUAN
Mobilitas adalah pergerakan yang
memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Imobilitas didefinisikan
secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari mobilitas optimal.
Imobilitas, intoleransi aktivitas,.
Studi-studi tentang insidensi
diagnosis keperawatan yang digunakan untuk lansia yang berada di Institusi
perawatan mengungkapkan bahwa hambatan mobilitas fisik adalah diagnosis pertama
atau kedua yang paling sering muncul. Prevalensi dari masalah ini meluas di
luar institusi sampai melibatkan seluruh lansia
Awitan imobilitas atau intoleransi
aktivitas untuk sebagian besar orang tidak terjadi secara tiba-tiba, bergerak dari
mobilitas penuh sampai ketergantungan fisik total atau ketidak aktifan, tetapi
lebih berkembang secara perlahan dan tanpa disadari. Intervensi diarahkan pada
pencegahan kea rah konsekuensi-konsekuensi imobilitas dan ketidak aktifan dapat
menurunkan kecepatan penurunannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Imobilitas
dan Intoleransi Aktivitas pada Lansia
GANGGUAN MOBILITAS FISIK
Definisi
Sutau keadaan keterbatasan kemampuan
pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang
Batasan karakteristik
- Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan, termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi
- Keengganan untuk melakukan pergerakan
- Keterbatasan rentang gerak
- Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot
- Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol mekanis dan medis
- Gangguan koordinasi
Faktor-faktor yang berhubungan
- Intoleransi aktivitas
- Penurunan kekuatan dan ketahanan
- Nyeri dan rasa tidak nyaman
- Gangguan persepsi atau kognitif
- Gangguan neuromuskuler
- Depresi
- Ansietas berat
INTOLERANSI AKTIVITAS
Definisi
Suatu keadaan ketidakcukupan energi
secara fisiologis atau psikologis pada seseorang untuk bertahan aau
menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan atau diinginkan.
Batasan karakteristik
- Secara verbal melaporkan keletihan atau kelemahan
- denyut jantung atau tekanan darah yang tidak normal terhadap aktivitas
- Rasa tidak nyaman dispneu setelah beraktivitas
- Perubahan elektrokardiogravis yang menunjukkan adanya disritmia atau iskemia
Faktor-faktor yang berhubungan
- Tirah baring dan imobilitas
- Kelemahan secara umum
- Gaya hidup yang kurang gerak
- Ketidakseimbanag antara suplai oksigen dan kebutuhan
Faktor-faktor Internal
Berbagai factor internal dalam
imobilisasi tubuh atau bagian tubuh antara lain;
- Penurunan fungsimuskuloskeletal
- Perubahan fungsi neurologist
- Nyeri
- Defisit perceptual
- Berkurangnya kemampuan kognitif
- Jatuh
- Perubahan hubungan social
- Aspek psikologis
Faktor-faktor eksternal
Factor tersebut termasuk;
- Program terapeutik
- Karakteristik penghuni institusi
- Karakteristik staf
- Sistem pemberian asuhan keperawatan
- Hambatan-hambatan
- Kebijakan-kebijakan institusi
Dampak masalah pada lansia
Lansia sangt renan erhadap
konsekuensi fisiologis dn psikologis dari imobilitas. Perub ahan yang
berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis menjadi predisposisi
bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara fisiologis, tubuh
bereaksi terjhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan yang hamper sama
dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini.
Suatu pemahman tentang dampak
imobilitas dapat diperoleh dari interaksi kompetensi fisik, ancaman terhadap
imobilitas, dan interpretasi pada kejadian.
MANIFESTSI KLINIS
Dampak fisiologis dari imobilitas
dan ketidak efektifan
Efek
|
Hasil
|
|
|
PENATALAKSANAAN
- Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses
yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodic. Sebagai suatu proses yang
berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada
fungsi system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses
episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat
tmbul akibat imoblitas atau ketidak aktifan.
- Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi
partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal
termasuk isolasi social yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah
meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet
yang buruk) depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya
dukungan. Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan
dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
- Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat
individual, diseimbangkan, dan mengalami peningkatan. Program tersebut disusun
untuk memberikn kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan
efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi
fisik secara seksama, pengkajian tentang factor-faktor pengganggu berikut ini
akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman;
-
Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah
aktivitas diberikan)
-
Kecenderungan alami (predisposisi atau penngkatan kearah latihan khusus)
-
Kesulitan yang dirasakan
-
Tujuan dan pentingnya lathan yang dirasakan
-
Efisiensi latihan untuk dirisendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan
berhasil)
- Keamanan
Ketika program latihan spesifik
telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang
aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi
atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang
tepat.
- Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat
aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dkurangi atau dicegah dengan intervensi
keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal dri suatu pengertian tentang
berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawaqtan dihubungkan dengan poencegahan
sekunder adalah gangguan mobilitas fisik
PENGKAJIAN
- Kemunduran musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan
imobilitas pada system musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan,
ukuran, dan ketahanan otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal.
Pengkajian fungsi secara periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan dan
keefektifan intervensi.
- Kemunduran kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardivaskuler tidak
memberikan bukti langsung atau meyaknkan tentang perkembangan komplikasi
imobilitas. Hanya sedikit petunjuk diagnostic yang dapat diandalkan pada
pembentukan trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema,
nyeri tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan
suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut jantung,
penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam
mengikuti perintah dan sinkop
- Kemunduran Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi
dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal
meliputi peningkatan temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam
pergerakan dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya
perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi.
- Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap
jaringan yang pertama adalah reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada
permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan
sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit
setelah tekanan dihilangkan
- Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan
fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering,
distensi abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba.
Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih
dan tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah
- Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi
termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan.
Pengosonganh rectum yang tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi
mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala.
- Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien
memberikan bukti untuk intervensi. Di dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan,
karpet yang lepas, penerangan yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai
licin, dan tempat duduk toilet yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien.
Hambatan-hambatan institusional terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang
terhalang, tempat tidudan posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai.
Identifikasi dan penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat
meningkatakan mobilitas
PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
Pengobatan terapeutik ditujukan
kearah perawatan penyakit atau kesakitan yang dihasilkan atau yang turut
berperan terhadap masalah imobilitis dan penanganan konsekuensi aktual atau
potensial dari imobilitas. Contoh-contoh pendekatan terhadap penanganan
imobilitas meliputi terapi fisik untuk mempertahankan mobilitas dan kekuatan
otot, kompresi pneumatik intermiten dan kekuatan otot, kompresi pneumatik
intermiten atau stoking kompresi gradien untuk meningkatkan aliran darah vena
dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif untuk hiperinflasi alveoli,
dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi
INTERVENSI
Limatujuan mengarahkan intervensi
keperawatan untuk mencegah atau meniadakan sekuelafisiologis dari imobilitas.
Tujuan pertama meliputi pemeliharaan kekuatan dan ketahanan sistem
muskuloskeletal, yang termasuk pengondisian program latihan harian baik
kontraksi otot isometrik dan isotonik, aktivitas penguatan aerobik, nutrisi
untuk meningkatkan anabolisme protein dan pembentukan tulang, dan sikap
komitmen terhadap latihan. Kedua, pemeliharaan fleksibilitas sendi yan terlibat
dalam latihan rentang gerak, posisi yang tepat, dan aktivitas kehidupan
sehari-hari. Ketiga, pemeliharaan ventilasi yang normal meliputi hiperinflasi
dan mobilisasi serta menghilangkan sekresi. Keempat, pemeliharaan sirkulasi
yang adekuat meliputi tindakan-tindakan pendukung untuk mempertahankan tonus
vaskuler (termasuk mengubah posisi dalam hubungannya dengan gravitasi), stoking
kompresi untuk memberikan tekanan eksternal pada tungkai, dan asupan cairan
yang adekuat untuk mencegah efek dehidrasi pada volume darah. Pergerakan aktif
memengaruhi toleransi ortostatik. Terakhir, pemeliharaan fungsi urinaria dan
usus yang normal bergantung pada dukungan nutrisi dan struktur lingkungan serta
rutinitas-rutinitas untuk memfasilitasi eliminasi. Pembahasan tentang
intervensi disajikan di sini.
KONTRAKSI
OTOT ISOMETRIK
Kontraksi otot isometrik
meningkatkan tegangan otot tanpa mengubah panjang otot yang menggerakkan sendi.
Kontraksi-kontraksi ini digunakan untuk mempertahankan kekuatan otot dan
mobilitas dalam keadaan berdiri (misalnya otot-otot kuadrisep, abdominal dan
gluteal) dan untuk memberikan tekanan pada tulang bagi orang-orang dengan dan
tanpa penyakit kardiovaskuler. Kontraksi isometrik dilakukan dengan cara
bergantian mengencangkan dan merelaksasikan kelompok otot.
KONTRAKSI
OTOT ISOTONIK
Kontraksi otot yang berlawanan atau
isotnik berguna untk mempertahankan kekuatan otot-otot dan tulang. Kontraksi
ini mengubah panjang otot tanpa mengubah tegangan. Karena otot-otot memendek
dan memanjang, kerja dapat dicapai. Kontraksi isotonik dapat dicapai pada saat
berada di tempat tidur, dengan tungkai menggantung di sisi tempat tidur, atau
pada saat duduk di kursi dengan cara mendorong atau menarik suatu objek yang
tidak dapat bergerak. Ketika tangan atau kaki dilatih baik otot-otot fleksor
dan ekstensor harus dilibatkan.
LATIHAN
KEKUATAN
Aktivitas penguatan adalah latihan
pertahanan yang progresif. Kekuatan otot harus menghasilkan peningkatan setelah
beberapa waktu. Latihan angkat berat dengan meningkatkan pengulangan dan berat
adalah aktivitas pengondisian kekuatan. Latihan ini meningkatkan kekuatan dan
massa otot serta mencegah kehilangan densitas tulang dan kandungan mineral
total dalam tubuh.
LATIHAN
AEROBIK
Latihan aerobik adalah aktivitas
yang menghasilkan peningkatan denyut jantung 60 sampai 90% dari denyut jantung
maksimal dihitung dengan (220-usia seseorang) x 0,7
Aktivitas aerobik yang dipilih harus
menggunakan kelompok otot besar dan harus kontinu, berirama, dan dapat
dinikmati. Contohnya termasuk berjalan, berenang, bersepeda, dan berdansa.
SIKAP
Variabel utama yang dapat mengganggu
keberhasilan intervensi pada individu yang mengalami imobilisasi adalah sikap
perawat dan klien tentang pentingnya latihan dan aktivitas dalam rutinitas
sehari-hari. Sikap perawat tidak hanya memengaruhi komitmen untuk memasukkan
latihan sebagai komponen rutin sehari-hariyang berkelanjutan, tetapi juga
integrasi aktif dari latihan sebagai intervensi bagi lansia di berbagai
lingkungan; komunitas, rumah sakit, dan fasilitas jangka panjang. Demikian pula
halnya sikap klien dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas latihan.
LATIHAN
RENTANG GERAK
Latihan rentang gerak aktif dan
pasif memberikan keuntungan-keuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu
mempertahankan fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan
penampilan kognitif. Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi
seseorang melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu
mempertahankan fleksibilitas.
MENGATUR
POSISI
Mengatur posisi juga digunakan untuk
meningkatkan tekanan darah balk vena. Jika seseorang diposisikan dengan tungkai
tergantung, pengumpulan dan penurunan tekanan darah balik vena akan terjadi.
Posisi duduk di kursi secara normal dengan tungkai tergantung secara potensial
berbahaya untuk seseorang yang beresiko mengalami pengembangan trombosis vena.
Mengatur posisi tungkai dengan ketergantungan minimal (misalnya meninggikan
tungkai diatas dudukan kaki) mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah.
RENCANA PERAWATAN
Rencana asuhan keperawatan untuk
imobilitas betujuan mempertahankan kemampuan dan fungsi, serta mencegah
gangguan.
Diagnosa keperawatan; Gangguan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan intoleransi aktivitas, resiko tinggi
sindrom dissue
Hasil
yang diharapkan
|
Intervensi
keperawatan
|
Klien mampertahankan kekuatan dan
ketahanan sistem muskuloskeletal dan fleksibilitas sendi-sendi
|
|
DOKUMENTASI YANG ESENSIAL
Dokumentasi untuk setiap sistem
meliputi hal-hal berikut;
- Untuk muskuloskeletal ; kekuatan otot, ukuran, tonus, dan ketahanan; mobilitas sendi, termasuk rentang gerak sendi dan pengkajian fungsional mengenai kemampuan; penggunaan dan penyalahgunaan alat bantu; masalah-masalah mobilitas; dan adanya nyeri
- Untuk Kardiovaskular; perubahan ortostatik dalam tekanan darah dan denyut nadi
- Untuk respirasi; pengkajian paru
- Untuk Integumen; karakteristik kulit diatas tonjolan tulang
- Untuk urinaria; frekuensi dan jumlah berkemih
- Untuk gastrointestinal; karakter dan pola feses dan alat bantu yang biasa digunakan untuk memfasilitasi eliminasi.
- Pencegahan tersier
Upaya-upaya rehabilitasi untuk
memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri
dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi,
aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman
BAB
III PENUTUP
Gangguan mobilitas fisik merupakan
suatu keadaan keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang
dialami seseorang
Intoleransi aktifitas merupakan
suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau psikologis pada
seseorang untuk bertahan aau menyelesaikan aktivitas sehri-hari yang dibutuhkan
atau diinginkan.
Upaya-upaya rehabilitasi untuk
memaksimalkan mobilitas bagi lansia melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri
dari perawat, dokter, ahli fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi,
aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-teman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar